Meminjamkan uang ke orang lain atau memberi hutang merupakan buah simalakama. Jika dipinjamkan bisa membantu beban orang tersebut, namun di sisi lain jika orang tersebut menunggak dalam pembayarannya atau malah kabur bisa merusak hubungan pertemanan atau persaudaraan yang sudah terjalin. Dan jika tidak dipinjamkan membuat hubungan renggang dan dianggap tidak mau membantu orang dalam kesulitan.
Terlebih di masa pandemi kebutuhan meningkat. Namun pendapatan berbanding terbalik dengan pengeluaran hingga membuat ujung-ujungnya mencari pinjaman alias berhutang.
Saat berhutang mungkin terasa mudah untuk menyanggupi persyaratan yang ada karena keterdesakan untuk memenuhi kebutuhan. Dan lain halnya saat jatuh tempo pembayaran, uang tidak ada dan ujung-ujungnya mencari pinjaman lagi untuk menutupi hutang sebelumnya (gali lubang tutup lubang).
Hidup harus mengukur bayang-bayang. Dalam artian jika kamu tidak mampu berlari untuk mencapai sebuah tujuan jangan dipaksakan. Maka cukup berjalan saja meskipun lama tapi tetap sampai pada tujuan jua (alon-alon waton kelakon.)
Namun dikarenakan tak mampu membendung keinginan yang banyak, ditambah adanya rasa ingin diakui sebagai orang yang berada maka menghalalkan hutang untuk memenuhi life style. Jadilah hidup serba ada, dan hutang pun ada di mana-mana.
Ditambah lagi dengan adanya media sosial saat ini ajang pamer pun semakin meningkat. Muncul lah budaya hedonisme dalam diri. Dimana kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan menjadi sebuah tindakan.
🤳”Liburan bersama keluarga” 🤳”hang out bersama teman-teman”🤳”shopping di mall dengan membeli barang-barang branded” 🤳 “perawatan di dokter kecantikan.” Dan masih banyak lagi aktifitas yang dipamerkannya di media sosial dengan tujuan yang satu “ingin diakui”
Setiap orang berhak bahagia dengan caranya dan jangan sampai iri atau julid melihat hidup orang lain. Dan biasanya akan dimantapkan dengan kata-kata “sirik tanda tak mampu.”
Namun pertanyaannya adalah saat kamu meng upload foto-foto rutinitas hedonmu setiap hari bahkan setiap jam muncul di beranda FB, insta story dan status WA apakah sudah dipastikan tidak ada sangkut paut alias hutang dengan teman, saudara, atau orang lain yang sedang melihat ketersohoran update an mu tersebut?!
Jangan sampai gara-gara ulahmu yang terlanjur mengikuti gaya kekinian hutang-hutang pun senantiasa mengikutimu di setiap hembusan nafasmu.
Meski kamu terlihat bahagia secara visual namun sejatinya pikiranmu tak nyaman. Dan terlebih bagi orang yang menghutangimu meskipun ia terlihat diam saja dengan caramu menjanjikan pelunasan hutangmu jangan sampai pula ia mendo’akan yang tidak baik untukmu dikarenakan ulahmu sendiri.
Maka “Sebelum Pamer Di medsos Pastikan Kamu Tidak Punya Hutang Dengan Orang Lain” dan lakukan dengan cara berikut :
1. T : Tunda sikap hedonmu sampai hutangmu lunas.
Luasnya lautan pun tak akan mampu untuk membendung semua keinginan setiap orang. Karena saat seseorang sudah memiliki sesuatu yang ia inginkan, pastinya ingin memiliki hal lain lagi yang belum dimiliki begitu seterusnya.
Maka sadar diri itu yang paling utama bahwasanya saat dirimu masih memiliki hutang dengan seseorang atau bahkan banyak orang batasi perjalananmu, jaga pandanganmu, dan ikat perutmu. Dan yang paling penting berteman dengan orang yang benar bukan malah dengan orang yang suka menghamburkan uang, dan menghabiskan waktu untuk hal yang tidak produktif.
2. I : Ingat tak perlu pamer di medsos jika kamu masih memilki hutang dengan orang lain.
Tak ada gunanya kamu memposting aktifitasmu yang terlihat serba “wow” jika ada yang tau bahwa kamu mimiliki hutang dengannya. Dan anehnya lagi orang yang menghutangimu itu justru malah terlihat di bawahmu. Hidup sederhana, seadanya namun punya cukup uang tanpa harus gali lubang tutup lubang tiap bulannya.
3. K : Kalau postingan medsosmu terlihat serba mewah kenapa tidak bisa bayar hutang?!
Hutang akan bisa dibayar sesuai janji awal jika gaya hidup tidak berlebihan. Karena biasanya yang membuat hutang tidak bisa terbayar adalah lupa diri bahwasanya uang dipakai buat modal gaya hidup bukan untuk membayar biaya hidup yang semula sebagai alasan awal untuk berhutang. So pastikan postinganmu tidak menyesakkan nafas orang yang menghutangimu. Jalan-jalan bisa tapi hutangnya ga jalan-jalan alias mentok ga dicicil dengan alasan banyak pengeluaran sehingga belum bisa bayar hutang.
4. A : Amanahlah dan segera lunasi hutangmu.
Terhadap orang tua, anak, saudara, dan orang lain yqng namanya hutang ya hutang, harus dibayar. Beda halnya dengan meminta tentunya yang memberi juga sudah mengikhkaskannya untukmu. Jadi saat kamu berhutang maka harus segera dilunasi. Jangan sampai kepercayaan orang hilang padamu.
“Saat kamu mampu jalan-jalan pastikan juga hutangmu bisa jalan menuju pelunasannya” (otakaTIKAta)