Mudik adalah tradisi masyarakat Indonesia saat Lebaran. Pulang ke kampung halaman menemui orang tua dan sanak famili untuk merayakan suka cita di hari kemenangan. Hal ini tentu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi para perantau. Seperti halnya para remaja yang kuliah jauh dari orang tua, para pekerja yang masih singel, ataupun yang sudah berkeluarga memilih kerja jauh dari kampung halamannya mengadu nasib di rantau orang.
Tentulah “Pulang kampung” merupakan sebuah obat mujarab penawar luka. Melepaskan sejenak rasa lelah di pundak karena banyaknya tanggung jawab yang di pikul, menurunkan ego efek keseringan bercengkrama pada kepongahan pancakar langit Ibu kota. Dan pulang saatnya membumi. Menyapa hati mereka yang sudah lama terabaikan. Karena terkalahkan oleh pemenuhan ego yang katanya agar mereka bangga, namun mereka hanya butuh jiwa kita. Menggenggam kembali jemari-jemari dulu yang senantiasa menuntun kita tanpa menuntut harap, meski jemari itu sudah tak sekuat dulu genggamannya.
“Pulanglah…nak” rasanya bisikan itu terdengar pilu. Pulang malu, tak pulang rindu. Sebagian kita tentu ada yang merasakan hal sama. Belum bisa mudik karena tidak punya cukup uang dikarenakan hidup di rantau hanya lepas makan saja. Bisa juga karena terhalang restu dari atasan, atau saudara jika kita tinggal di rumah saudara. Tidak mudik, hanya bisa menahan rindu. dan itu hanya bisa dirasakan oleh para perantau. Pilu rasanya hati saat takbir berkumandang bertalu-talu menyambut hari kemenangan. Sementara kita di rantau mencoba untuk menenangkan dan berbesar hati menerima kenyataan.
4 Tips Menahan Rindu Saat Tak Mampu Mudik :
1. Terhubung dengan saudara (Lewat Telpon, video call, dll)
Di jaman kemajuan tekhnologi saat ini bukan alasan bagi kita untuk tidak tau keadaan orang tua, dan saudara-saudara di kampung halaman. Dalam banyaknya kesibukan kita maka luangkanlah waktu sekedar bertanya kabar mereka. Tidak perlu tiap hari, minimal seminggu sekali kita terhubung bisa lewat pesan singkat, video call, dan lain sebagainya. Maka hal ini dapat dilakukan saat kita tidak bisa mudik, cobalah tetap berbesar hati. Meski raga kita jauh namun hati kita tetap dekat karena bisa lewat video call dan telpon. Kita boleh sedih karena tidak bisa menggenggam erat jemari orang yang sangat kita sayangi di hari yang fitri untuk meminta maaf. Namun usahakan saat terhubung lewat video call atau telpon tidak membuat mereka sedih. Karena orang tua itu emosinya lebih dalam.
2. Ingat makanan khas rumah yang disukai (hunting/buat sendiri)
Salah satu ciri khas dari perayaan hari Lebaran adalah banyaknya hidangan yang disiapkan oleh orang tua kita. Mulai dari aneka makanan berat sampai pada bermacam-macam kue lebaran yang tentunya menghiasi meja di ruang tamu yang sudah siap menyambut kedatangan sanak famili dan karib kerabat. Sebut saja seperti di Sumatera barat aneka makanan berat seperti rendang, dendeng balado, sup daging, katupek gulai cubadak/paku. Sudah barang tentu ada.
Hal ini kadang menjadi pilu tersendiri “rindu masakan emak” Meskipun enak-enaknya masakan restoran ternama atau bintang 5 sekalipun yang pernah kita coba saat di rantau, Namun masakan emak tetap nomor satu di hati kita. Dalam hal ini cukup bersabar saja. Kita bisa rasakan juga meski tak 100% sama dengan cara hunting makanan seperti khas sajian di rumah kita saat lebaran. atau dengan cara membuat sendiri dengan bertanya kepada emak kita apa resepnya.
3. Kendalikan emosi (Hindari agar kemarahan dan kesedihan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain)
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi juga merupakan reaksi terhadap seseorang atau kejadian.(wikipedia)
Setiap kita memiliki emosi dan berhak merasakan dan mengungkapkannya. Namun jangan sampai emosi yang ada pada diri kita menyakiti kita sendiri dan orang lain. Kita boleh marah pada aturan yang menyebabkan kita tidak bisa mudik. Atau sedih dengan keadaan karena tidak punya kecukupan uang, sehingga tidak bisa berkumpul dengan keluarga tercinta. Hal ini dapat dikendalikan dengan cara “tetap berpikir positif” dengan cara mengambil setiap hikmah dari setiap keadaan yang ada. dan menguatkan diri denngan mengatakan “ga apa-apa kok, tidak mudik saat ini. Bisa nanti. Toh kita masih selalu terhubung dan selalu dekat di hati.” Ingat ketika hati kita lapang menerima setiap keadaan pada diri kita maka seberat apapun itu tetap bisa dijalani dengan semangat dan senyuman.
4. Abaikan godaan
Godaan terberat saat tak bisa mudik adalah melihat liputan mudik di TV, melihat status teman-teman di medsos saat tengah berkumpul dengan keluarga tercinta, dan kata-kata orang “kok ga mudik sih? ga punya uang ya?.” Kita berhak memilih atas apa saja yang kita pilih, lakukan dan masuk dalam tubuh kita. Baik itu terhadap tontonan, bacaan, atau omongan orang. So saat kita tidak bisa mudik maka ketika tahu apa saja godaan yang kita rasakan untuk membuat hati kita semakin sedih maka abaikan dan hindari dengan cara cari kegiatan yang kamu suka. Karena saat kita hanya berdiam diri saja, tidak ada kegiatan maka kesedihan akan diraasakan berlarut-larut.
So untuk aku, kamu, kita dan mereka yang tidak bisa mudik saat lebaran tiba tak jadi masalah. Selagi kita masih terhubung secara baik dan sehat melalui video call maka tetap berbesar hati. Dan perkuat langkah untuk bisa mempertebal saku agar bisa pulang kampung di lain waktu bertemu orang-orang yang kita sayangi.
I must point out my gratitude for your generosity supporting women who should have help on this one content. Your real dedication to passing the message all through turned out to be exceedingly important and has enabled girls much like me to get to their pursuits. Your entire valuable information signifies a lot to me and even further to my colleagues. Thank you; from each one of us.