Tips Menghadapi Masalah Dalam Hidup

Bak sebuah pepatah mengatakan “Sudah jatuh tertimpa tangga pula” aduh..malang rasanya hidup. Seolah masalah hidup enggan untuk beranjak dari diri ini. Ada saja masalah mulai dari keluarga yang sakit, kekurangan uang, ditipu orang, dikhianati orang tercinta, anak-nakal nakal, tetangga julid, dll.

Nah..kalau dihitung-hitung, dan dipikir-pikir dari pagi ke malam sampai pagi lagi rasanya hanya deretan masalah yang ada. Benarkah?!

Yup..benar adanya. Saat kita berfokus pada masalah dalam hidup maka yang terlihat hanya deretan masalah saja. Sehingga kita lupa banyaknya kenikmatan yang selalu Tuhan berikan selama ini.#otakaTIKAta

 

Sedikit curcol mengenai ujian yang datang silih berganti. Terkait hal yang lagi viral saat ini “Pandemi dan covid 19”

Tepatnya pertengahan Juni 2021. Sebuah berita yang mengejutkan datang. Rasa sedih, takut, dan tak berdaya campur aduk menjadi satu. Dikarenakan suami saya terpapar covid 19. Dengan berbagai gejala seperti : batuk, demam tinggi, tidak selera makan, dan mata merah. Untuk memastikan akhirnya tes PCR dan hasilnya pun dinyatakan positif. Dikarenakan tidak memungkinkan untuk ISOMAN akhirnya diputuskan untuk dibawa ke rumah sakit.

Meskipun dirawat oleh perawat, diperiksa para dokter spesialis, dan banyaknya jumlah obat-obatan yang dikonsumsi setiap hari tidak serta merta sembuh. Karena covid memang belum ada obat khusus.

Ketakutan yang menghantui, serta terkadang kondisi turun naik setiap hari, beberapa kali sesak dan membutuhkan oksigen, tidak bisa tidur jika tidak menggunakan obat tidur. Melengkapi derita suami selama 16 hari saat di rawat di rumah sakit.

Lalu bagaimana dengan kondisi saya dan anak di rumah? Alhamdulillah dari hasil PCR kami berdua negatif. Dan apakah merasa tenang dan bahagia? Jawabannya adalah “ya!!”

Ya..saya harus tenang dan selalu bahagia setiap hari. Dalam artian saat menghadapi kondisi sesulit apapun jangan tambah mempersulit hidupmu dengan keluhan-keluhan yang ada.#otakaTIKAta

Keadaan menuntut saya harus bisa membawa ketenangan untuk suami yang sedang terkapar di rumah sakit dan selalu terlihat bahagia di depan anak kami yang masih 2 tahun yang selalu mengharapkan kehadiran saya setiap hari, dan memanggil papanya sepanjang waktu.

Meskipun disaat yang sama anak sempat demam, dan saya merasakan anosmia (meskipun hasilnya negatif), dan sesak nafas setiap malam saat suami di RS (psikosomatif) tapi saya tidak pernah menceritakan ke suami pada saat itu. Karena otomatis jika diceritakan ia pun jadi tambah drop. Dan beruntungnya dapat diatasi dengan cepat.

 

Badai pasti berlalu. Secara kondisi membaik dan hasil medis mendukung, suami pun diperbolehkan pulang. Sujud syukur tiada henti mendengar berita ini. Di tengah maraknya pemberitaan media yang membloup mengenai pasien covid yang tidak dapat diselamatkan karena adanya comorbid, telat dapat pertolongan oksigen, dll.

 

Pasca keluar dari rumah sakit banyak pembelajaran yang kami ambil. Terutama sekali harus lebih ketat menjaga prokes, konsumsi makanan yang sehat, hidup teratur, perbanyak sedekah (menolak bala) dan yang paling penting adalah lebih mendekatkan diri pada sang Maha pemilik kehidupan.

Detik berputar ke menit membawa perubahan jam dan hari pun berganti. Namun tidak pada kondisi suami. Satu bulan berlalu pasca covid. Tetiba keadaan suami tidak baik. Demam, batuk, saturasi di bawah 95, mual, tidak nafsu makan, dan mata merah. Gejalanya persis seperti covid waktu itu. Besar kemungkinan kata orang-orang reactive atau terpapar varian baru. Tapi saya menyangkal dan meyakinkan “Tidak!!”

Karena secara teori reactive dalam waktu 6 bulan lebih. Dan selama masa pemulihan dalam 1 bulan ini kami sekeluarga sangat prokes ketat. Dan saya curiga bahwa masih ada masalah bagian dalam tubuhnya. Ditambah lagi banyaknya pekerjaan yang tertinggal selama 1 bulan lalu dan dikejar-kejar deadline yang membuat pikirannya terganggu hingga berujung pada kesehatannya.

Awalnya periksa ke dokter umum hasilnya sakit lambung dan dibekali beberapa macam obat untuk penyembuhannya. Namun setelah beberapa hari gejala serupa masih terasa. Dan untuk menjawab rasa penasaran akhirnya mencoba untuk tes PCR (meskipun agak ragu takutnya sisa covid sebulan lalu masih ada sehingga menunjukkan hasil positif) tapi setidaknya dengan adanya CT pada tes PCR bisa ketahuan apakah berbahaya atau tidak. Alhamdulillahnya negatif.

Singkat cerita periksa ke dokter spesialis penyakit dalam. Barulah ketahuan sumber penyakitnya ternyata batu empedu. Yang mengharuskan suami saat ini benar-benar harus mengkonsumsi makanan sehat. Menghindari minyak, dan lemak.

Setelah mengetahui hasilnya kami pun kaget karena tidak menyangka juga. Dikira sakit lambung ternyata tidak. Oleh sebab itu pentingnya memeriksakan diri kepada ahlinya agar tau secara tepat penyakit yang ada. Memang berat untuk harus menerimanya ditambah lagi kondisi pandemi saat ini. Namun berharap semua bisa diatasi.

Dan saat ini di rumah saya merangkap sebagai perawat pribadi, psikolog pribadi, terapis dengan metode hypnoterapy, dan yang pasti dokter cinta yang siap siaga 24 jam melayani kebutuhan suami yang saat ini dalam masa pemulihan, butuh support, dan meningkatkan motivasinya lagi. Sekalipun saat kondisi saya sedang tidak baik, tapi saya harus kuat. Minimal dengan menjadi penguat dalam ujian saat ini tentunya akan mengurangi beban yang ada. Sekaligus mengingatkan saya untuk senantiasa perbanyak syukur dan perlebar sabar.

Dari kejadian ke-2 ini saya menyimpulkan bahwa : Pikiran sangat berpengaruh pada setiap kondisi diri. Seburuk apapun kondisi diri saat ini tetaplah berpikir tenang dan ikhlaskan. So perbanyak syukur dan perlebar sabar.#otakaTIKAta

 

Nah..panjang x lebar bukan? jika masalah yang ada diuraikan satu persatu dalam 2 bulan ini. Padahal MasyaAllah atas semua kenikmatan yang selalu Allah beri selama ini. Yang seakan terlupakan. “Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan?!”

Itu masalah saya. Ujian dalam keluarga kecil saya. Dan saya pastikan juga kamu, dia, atau mereka di luar sana pasti memiliki masalah yang berbeda. Ada yang ringan, sedang, dan bahkan lebih berat. Tapi percayalah selalu bahwa : “Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar kesanggupannya.”

Terkadang  setiap kita perlu diuji. Agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan lagi. Karena saat kita tidak pernah diuji seakan-akan dunia ini milik kita seutuhnya, hidup selamanya , kurangnya rasa syukur, dan merendahkan orang yang di bawah kita.#otakaTIKAta

 

Belajar dari pengalaman saya dan ujian 2 bulan ini. Berikut saya rangkum :

 

“Tips Menghadapi Masalah Dalam Hidup”

 

1. T : Terima kondisi saat ini :

Saat kita tidak bisa menerima kondisi yang ada maka akan terasa berat. Misalnya penyakit : tadinya hanya gejala sedikit tapi karena kesal, kecewa dan terlebih lagi menganggap sang pencipta tidak adil maka sakit yang ada akan terasa lebih sakit. Atau masalah kekurangan uang, percintaan, kehilangan atau apapun itu akan lebih terasa berat dari hari ke hari sehingga tidak bisa menjalani hidup dengan baik dan mengganggu yang lainnya.

Jadi terima kondisi saat ini dengan ikhlas. Karena ada tujuan Tuhan kepada setiao hamba-Nya bisa jadi teguran karena selama ini kita lalai, berlebihan, dan yang pasti tanda sayang-Nya sang pencipta kepada kita masih ditegur-Nya.

 

2. I : Ingat Selalu sang Maha pemilik kehidupan :

Saat kita menyertakan Tuhan disetiap kondisi kita maka seburuk apapun kondisi kita maka tidak akan terasa berat. Karena kita yakin Tuhan senantiasa menjaga dan memberikan yang terbaik kepada setiap umat-Nya. “Sesuatu yang baik bagi kita belum tentu baik, dan sesuatu yang buruk belum tentu itu buruk.”

 

3. K : Ketahui bahwa “support system terbaik ada pada diri sendiri”

Saat kita sedang memiliki kondisi yang tidak baik. Baik itu berupa kesehatan, ekonomi, karir, percintaan dan masalah dalam keluarga. Maka kita butuh yang namanya support atau dukungan dari orang lain. Butuh teman curhat untuk mengurangi beban yang ada. Tapi sampai kapan kita bergantung pada yang lain? Memang benar bahwa : Orang baik akan selalu datang saat kondisi kita tidak baik. #otakaTIKAta

Malaikat tanpa sayap itu bisa jadi pasangan kita, ortu kita, saudara, sahabat, bahkan bisa jadi orang lain yang kita sendiri tidak pernah membantunya tetiba ia hadir untuk kita. Tapi ketahuilah sebaik apapun support, perhatian dari luar sana tetap semua kembali kepada kita sendiri yang sedang menjalani masalah itu dan harus segera diselesaikan. Dan yang pasti sertakan Tuhan didalamnya agar lebih kuat dan menemukan jalannya.

 

4. A : Abaikan hal yang membuat kamu “down” : 

Saat kita sedang tidak baik secara kesehatan, karir, ekonomi, percintaan.dll  Maka akan jadi lebih sensitif. Menurut kita orang merendahkan kita, menjauhi kita atau bahkan meninggalkan kita. Dll. Semua itu akan terasa berat dari hari ke hari sehingga menjadi tidak berarti. Ingat selalu bahwa : Kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Jika kamu berpikir orang-orang baik, maka itu benar. Dan sebaliknya. Maka berpikirlah yang baik-baik agar kebaikan senantiasa menyertaimu. #otakaTIKAta

So untuk mengatasi pikiran negatif yang muncul cari kesibukan agar tidak terpikir hal-hal yang seharusnya tidak terjadi. Dan lakukan hal yang bermanfaat sehingga meski kita sedang dalam kondisi tidak baik setidaknya hidup kita jadi lebih bermanfaat.

 

Memang tidak mudah menghadapi hal yang tidak kita inginkan. Tapi insyaAllah bisa karena ingatlah selalu “Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar kesanggupannya”

di luar sana banyak orang dengan berbagai macam masalah dalam hidupnya yang kita tidak pernah tau. yang terlihat mereka baik-baik saja, bahagia selalu sehingga kita merasa “kenapa saya saja yang Allah kasih cobaan seperti ini?!”

So apapun kondisimu saat ini perbanyak syukur dan perlebar sabar. InsyaAllah badai pasti berlalu.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *