Perhatikan 4 Hal Penting Sebelum Mengomentari Hidup Orang Lain

Pengertian Komentar / Mengomentari : 

Sebelumnya tentu kita sering mendengar kata “komentar / mengomentari.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa komentar adalah ulasan atau tanggapan atas berita, pidato, dan sebagainya (untuk menerangkan atau menjelaskan.)  Sedangkan mengomentari adalah memberi komentar, mengulas.

 

 

Adab Berkomentar : 

Komentar yang baik kepada seseorang adalah disampaikan langsung dan diberitahukan bertujuan untuk perbaikan orang yang dikomentari. Bukan hanya sekedar mengomentari kekurangan yang ada, namun tidak ada nilai positif yang bisa diambil oleh orang yang dikomentari.

Jika yang dikomentari bukan merupakan pembahasan dalam sebuah forum. Namun tentang pribadi seseorang sebaiknya disampaikan pada saat berdua saja bukan dihadapan orang banyak karena akan mempermalukan orang tersebut.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata :

“Berilah nasehat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasehat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasehat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti” (Diwan Asy Syafi’i hal.56)

 

Kebanyakan saat ini yang ada di kehidupan sosial adalah memberikan komentar negatif dengan tujuan untuk menjatuhkan orang yang dikomentari lebih kepada mencela, mencemooh, dan memperolok. Dan menganggap dirinya baik. Seperti halnya pepatah yang mengatakan “Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak.” Kesalahan diri sendiri tidak terlihat, sedangkan kesalahan orang lain sekecil apapun terlihat jelas.

 

Mengomentari hidup orang lain memang paling mudah dilakukan dibandingkan mengevaluasi diri sendiri. Sehingga mengomentari jadi hal yang mengasyikkan karena sudah terbiasa dilakukan. Dan semakin kita sering mengomentari siapapun itu maka semakin terasah pula jiwa komentator kita. Rasanya ada yang kurang jika satu hari saja tidak mengomentari apa yang kita lihat. Jadilah motto hidupnya “Ga Komen Ga Keren.”

 

 

Media sosial ajang asah bakat komentar: 

Terlebih adanya media sosial saat ini mudah bagi orang lain untuk memberi komentar negatif pada apa yang ia lihat baik lewat postingan orang lain atau terhadap keadaan di sekitarnya. Dengan cepat dan tanggap ia mengomentari secara detil. Dan bahkan bisa dengan tanpa saringan kata yang tepat.

Sebagai contoh : Saat melihat postingan media sosial milik temannya sedang jalan-jalan / makan / membeli barang / diberi sesuatu / dll. Bisa jadi berupa sesuatu yang belum ia punya atau sudah dan ia melihat itu biasa saja. Namun dalam hati ia komen “norak / gitu aja dipamerin.”

Atau ia komen secara langsung namun yang ia komentari kekurangan yang ia lihat. Contoh : Postingan jalan-jalan keluarga ” anaknya sekarang kurusan ya? / Jalan-jalannya kok cuma ke situ aja? Ke luar negeri dong / jalan-jalan terus ya padahal tanggal tua loh, ngabisin uang aja / dll.”

Komentar tersebut terkesan sepele bagi yang memberi komentar, namun belum tentu diterima baik oleh yang dikomentari. Meskipun saat seseorang mengupload apapun itu di media sosial maka orang tersebut harus siap dikomentari.

Namun bukan karena memang adanya suatu yang salah atau tidak sesuai secara pemikiran kita harus dikomentari secara langsung. Memiliki sifat menahan diri dan menghargai orang lain sangat diperlukan. Karena tidak semua orang mudah menerima kritikan. Jangan sampai menimbulkan perselisihan hanya gara-gara nyeletukin postingan teman. Karena “Mulutmu Harimau mu” Namun jika kita tidak bisa membaca situasi maka lebih baik diam saja “Diam itu emas.”

 

Pada 25 Februari 2021 dijelaskan oleh Kompas.com bahwa Microsoft merilis laporan terbaru digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya. Dalam riset ini warganet Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut. nah alangkah mirisnya padahal Indonesia dikenal dengan bangsa yang berbudaya dan memiliki tatakrama. Namun sangat disayangkan pada media sosial tidak mampu menahan untuk tidak berkomentar.

 

 

” Perhatikan 4 Hal Penting Sebelum Mengomentari Hidup Orang Lain “

 

1. T : Tidak semua orang suka dikomentari

Jangan samakan diri kita dengan diri orang lain. Bisa jadi bagi kita mudah untuk menerima kritikan di depan umum. Namun ada banyak juga yang tidak tahan untuk haris dikritik di depan orang banyak.

Jadi jika memang kita memiliki jiwa yang kritis, penuh nasehat dan bijak maka ada baiknya pelajari terlebih dahulu sifat seseorang. Apakah dia orang yang easy going dan welcome untuk menerima kritikan atau bahkan sebaliknya.

 

2. I : Ingat hukum karma pasti berlaku

Hukum Karma adalah hukuman dari perbuatan sendiri. Atau konsekuensi logis dari perbuatan kita. Jika kita menanam kebaikan maka kita akan menuai kebaikan, dan sebaliknya jika kita menanam keburukan maka keburukan akan datang terhadap kita.

Seperti halnya ketika kita mengkritik orang lain (meskipun benar) namun dengan tujuan untuk menjatuhkan orang tersebut, menghina dan mempermalukannya di depan banyak orang. Maka lambat laun akan terjadi juga pada diri kita sendiri.

 

3. K : Komentari diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengomentari orang lain

Berkaca diri sangat penting dilakukan. Jangan sampai kita mengkritik orang lain namun hal tersebut ada pada diri kita. Memalukan bukan?

 

4. A : Akui

“Akui” lebih tepatnya sebelum kita mengkritik orang lain akui terlebih dahulu kelebihan yang terlihat olehmu. Karena ketika kita hanya melihat salah / kurangnya saja maka semua kritikan buruk akan tersampaikan. Seolah-olah di dalam persidangan.

Namun sayangnya tidak banyak orang yang mampu mengakui kelebihan orang lain. Dengan alasan takut ketika diakui malah jadi sombong. Padahal tidak ada salahnya kita mengakui atau menyanjung seseorang karena membuat orang senang dapat pahala juga kan?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *