Ada banyak kasus penganiayaan dalam rumah tangga. Bahkan berujung pembunuhan yang ramai diberitakan terjadi di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini tim hartika.id mengangkat kasus yang terjadi dalam 5 bulan belakangan. Bukan bertujuan untuk mengorek luka lama, namun sebagai bahan pengingat agar tidak terjadi hal serupa.
Berita Viral : “Ibu Gorok 3 Anaknya”
Brebes, 20 Maret 2022. Viral berita Seorang Ibu iniasial K (40) Gorok 3 anaknya. Saya yakin sobaTik yang baca tulisan saya saat ini sudah tau beritanya. Dan punya kesimpulan tersendiri dengan kejadian tersebut. Atau belum terlalu mengetahuinya, bahkan tidak mengetahui sama sekali.
Penting ga penting untuk mengetahuinya. Tapi ini sangat penting. Agar tidak terjadi kasus serupa pada diri saudara, sahabat, tetangga. Bahkan pada diri kita sendiri. Karena kita tidak pernah tau seberapa berat ujian /cobaan yang menimpa. Dan seberapa lama juga kita, dia atau mereka sanggup menanggung beban hidup yang ada.
Yuk kita flashback. Dalam peristiwa penggorokan tersebut satu anak ditemukan tewas dengan luka sayat di leher, sedangkan dua anaknya berhasil selamat dengan luka pada leher.
Kasus ibu bunuh anak ini diduga kuat karena depresi. Terungkap motif ibu muda yang juga berprofesi sebagai perias make up artist ini adalah karena himpitan ekonomi. Ditambah lagi ia jauh dari suaminya yang saat ini berada di Jakarta berprofesi sebagai security.
Berikut ringkasan penuturan ibu K yang tengah ramai beredar di jagat maya kurang lebih seperti dibawah ini:
“Pak, saya ini tidak gila”
“Saya cuma pengen disayang. Sama suami, sama ibu”
“Saya ingin menyelamatkan anak saya, jadi harus mati supaya tidak dibentak-bentak terus.”
Pro & Kontra Netizen
Dari kejadian tersebut tentu banyak sekali komentar para netizen. Ada yang pro terhadap ibu K dan menyalahkan ibunya ibu K. Karena saat kecil ibu K sering dikurung oleh ibunya (innerchild)
Dan tak sedikit pula menyalahkan suami ibu K. Saat ini hidup terpisah darinya, berprofesi sebagai seorang security di Jakarta. Dan hanya mengirimkan uang 2,5 jt per bulan. Meskipun kata tetangganya suami-istri tersebut tampak baik-baik saja dan tidak pernah ketahuan ribut saat mereka bersama.
Dan bahkan tak sedikit pula yang kontra dan mengecam tindakan ibu K. Dengan berargumen lemah iman, kurang bersyukur, dan umpatan lainnya.
Dari pro dan kontra yang ramai di tengah masyarakat. Timbul pertanyaan saya apakah kita kenal dengan keluarga beliau? Pun kenal apakah berada 24 jam dengannya? Sekalipun saudaranya tidak pernah menyangka juga hal seperti ini akan terjadi. Lantas bagaimana dengan kita yang tak mengenal sama sekali? Tentu miris juga jika kita lontarkan pernyataan dia lemah iman atau beranggpan bahwa suaminya tidak peduli.
Secara pribadi, kita tidak tau persis apa yang sedang terjadi pada keluarganya. Sehingga ibu tersebut tega menggorok leher ketiga anak kandungnya. Secara pikiran sehat dan hati nurani seorang ibu, tidak ada ibu yang tega menyakiti anak kandung sendiri dan bahkan sampai membunuh jika tidak terjadi sesuatu dengan dirinya.
Namun satu hal yang harus selalu kita ingat bahwa : “Ketika tidak bisa memahami, jangan menghakimi” kalimat tersebut berlaku bagi siapa saja dan terhadap siapapun.
kenapa? Karena menjalani kehidupan rumah tangga itu tidak mudah seperti bayangan para singel yang sedang dimabuk asmara dan kebelet nikah. Sehingga berpikir bahwa isi dalam pernikahan itu hanya seputar “jalan-jalan, dan bercinta” tanpa ada tanggungjawab ekonomi, agama, dan sosial yang dipikul.
Namun berumahtangga tidak juga semenderita seperti pemikiran para singel parent yang memilih berpisah karena banyaknya ketidakcocokan dengan pasangan. Dan beragumen ” Sendiri lebih baik, dari pada berdua namun dalam penyesalan seumur hidup.”
Rumah tangga si A, B, C, dan Z masing-masing punya ujian dan cobaan tersendiri. Ada yang diuji dengan tidak memiliki keturunan, memiliki pasangan yang tidak respect, diuji dengan kekurangan ekonomi, dan diuji dengan penyakit. Dan masih banyak lagi ujian dan bahkan cobaan pada rumah tangganya.
Ada orang yg diuji dengan sedikit problem sudah mengeluh dan merasa Tuhan tidak adil padanya. Ia berontak dan sesumbar mengatakan bahwa ia sedang diuji dan diberi cobaan. Sehingga orang-orang mengetahuinya. Ada yang hanya sekedar cukup tau, mencoba bersimpati meski terkesan tak sepenuh hati, bahkan mungkin tak banyak juga yang berempati.
Namun bahkan ada yg dapat ujian dan cobaan paket komplit ia terlihat aman-aman saja dan tidak pernah terlihat mengeluh dan susah. Dan kita beranggapan bahwa hidupnya bahagia. Padahal jauh dibalik itu semua ada rasa yang berkecamuk, ada hati yang meronta, dan jiwa yang rapuh dibalik setegar karang yang tampak dipermukaan laut.
So what? Dan pada intinya kembali pada kalimat ” Ketika tidak bisa memahami, jangan menghakimi.”
Lika-liku Rumah tangga tak kepas dari laku laki-laki :
Dibalik kasus ibu K yang tega menggorok 3 anaknya. Kalau boleh saya berpendapat bahwa “Lika-liku rumah tangga tak lepas dari laku laki-laki.”
Apakah sobaTik tau kenapa saya nyatakan kalimat di atas? Jawabannya hanya satu karena laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga. Namanya pemimpin tentu ia memiliki kelebihan dibandingkan pengikutnya. Keberadaannya dihargai, keputusannya berlaku, dan tanggung jawabnya penuh.
Laki-laki itu sebagai pemimpin, kaki dan otaknya harus sejalan untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga, pundaknya harus kuat untuk menopang ketidakberdayaan keluarganya, serta dadanya harus lapang untuk menerima kekurangan pasangan atau kekalahan yang ia perjuangkan untuk menghidupi keluarganya.
Atas dasar ia sebagai pemimpin itulah makanya ia memiliki tanggung jawab penuh dalam rumah tangganya. Meskipun tak sedikit pula peran tanggung jawab diambil alih oleh perempuan.
Menjalani kehidupan rumah tangga itu paket komplit, ibarat sepiring nasi rames Padang. Dan seperti permen nano-nano, manis asam asin rame rasanya. Atau seperti menaiki permainan roller coster, turun-naik dan tertantang.
Bagaimana tidak, dua orang yang berbeda kelamin, latar belakang, passion. Bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan. Berpegang pada tuntunan, menghadapi banyaknya tuntutan. Hingga tak jarang satu sama lain merasa keberatan dan berujung perdebatan. Entah karena salah satu merasa tidak dihargai, merasa berkorban sendiri, atau dikhianati. Maka timbul lah penyesalan dalam pernikahan.
Adakalanya kita bahagia. Merasa bahwa kita tidak salah pilih dalam memilih pasangan. Dikarenakan memiliki suami yang penuh cinta, perhatian, mau bekerja sama, dan setia.
Namun dilain waktu pernah juga merasa menyesal dan menyalahkan keadaan. Dikarenakan sikap suami yang berubah.
“4 Pembelajaran Dari Ibu Muda Gorok Anak Di Tegal Agar Tidak Terulang”
1. T : Terima dan kasih
Terima keberadaan dan kekurangan pasangan. Dan kasih kelebihan yg kamu miliki, karena masing-masing memiliki kelebihan yang berbeda. Terima dan kasih penting dilakukan antar kedua belah pihak tujuannya agar tidak merasa berjuang sendiri.
Untuk selalu diingat sejatinya tidak ada orang atau pasangan yang benar-benar sempurna. Karena kesempurnaan terasa jika masing-masing saling melengkapi dan sadar diri. Hingga akhirnya kita berterima kasih kepada pasangan kita dan bersyukur ada dia dalam hidup kita.
2. I : Intimidasi
Intimidasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki 3 makna :
1. Tindakan menakut-nakuti (terutama memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu)
2. Gertakan
3. Ancaman
Dalam hal ini suami atau istri hindari untuk mengintimidasi satu sama lain “jika” terjadi perselisihan dalam rumah tangga dalam bentuk apapun itu. Baik verbal, ataupun visual. Karena adanya pengintimidasian membuat jiwa tidak tenang.
3. K : Komunikasi selalu
Kunci utama dalam rumah tangga adalah “Komunikasi” karena komunikasi adalah sebuah jalan menuju pencapaian tujuan, pemberi solusi, dan pelurus makna yang tersirat.
Terlebih terhadap kaum adam, mereka kebanyakan tidak paham (makna tersirat) jika kita tidak mengkomunikasikan secara langsung. Dan kaum hawa pun inginnya dimengerti. Nah jika tidak ada kesadaran dari masing-masing maka akan terjadi kesalah pahaman. Istri merasa tidak pernah dipahami, karena tidak pernah mengungkapkan apa yang dia mau secara langsung. Dan suami menganggap istri suka merajuk, dll. Sehingga terjado perselisihan.
Maka dari itu komunikasi haris terjalin, baik dalam kondisi berdekatan ataupun berjauhan.
4. A : Antisipasi
Antisipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyesuaian mental terhadap peristiwa yang akan terjadi. Dalam hal ini setiap pasangan perlu mengantisipasi terhadap kemungkinan buruk yang terjadi dalam rumah tangganga. Misalnya:
1. Antisipasi dalam hal ekonomi : Jika keuangan minim, maka cari solusi untuk lebih giat bekerja dan cari penghasilan tambahan.
2. Antisipasi dalam hal kesehatan : selagi sehat maka rajin berolah raga, jaga pola makan, jaga pikiran. Dan miliki asuransi kesehatan.
3. Antisipasi dalam hal hubungan : Tidak ada pelakor atau pebinor jika suami dan istri sama-sama saling menjaga hati dan membuat pasangan mereka merasa aman, nyaman dan tenang selalu bersamanya.
Terhadap kasus-kasus rumah tangga yang ada, saya sendiri turut prihatin dan todak bisa menyalahkan satu pihak. Tugas kita sendiri jika hal tersebut terjadi pada tetangga, atau saudara adalah ikut bersimpati dan kalau bisa tunjukkan empati dan hindari menghakimi atau apatis. Karena tidak ada orang yang mau hal buruk terjadi dalam rumah tangganya.