“Ibu Rumah Tangga” Seorang istri dan ibu yang tidak berkarir di luar rumah. Yang kadangkala sebagian orang menyebutnya “ibu rumah tangga = tidak bekerja.” Apakah memang begitu? Ia di rumah saja tidak bekerja, ongkang kaki, tinggal habisin uang suami?
Kalau dirunut dari sebelum terbit matahari hingga terbenam bahkan larut malam tetap terjaga bagi yang memiliki bayi. Mengurusi segala keperluan dan tetek bengek rumah. Tanpa ada kata weekend libur kerja dan bahkan tidak bisa mengambil cuti.
Nah apakah ia tetap disebut ibu rumah tangga yang tidak bekerja?! Ya..ia memang tidak bekerja menghasilkan uang seperti wanita karir diluaran sana yang bekerja menghasilkan uang, bisa melihat dunia luar, dan memiliki net working yang luas.
Duh..sungguh miris tentunya. Terlebih jika ia memiliki segudang potensi namun harus berjibaku dalam tiap menit, jam, hari dan seluruh hidupnya berkutat pada dapur, sumur, kasur. Ditambah jarang ngobrol dengan suami karena suaminya sibuk mengurusi pekerjaannya. Dan tidak memiliki teman untuk curhat atau sekedar bercengkrama dengan tetangga karena tidak ikut perkumpulan, majelis taklim, atau arisan di lingkungannya. Sehingga banyak wanita yang bergelar ibu yang suka marah, stres dan bunuh diri bagi yang lemah iman. Kalau sudah begini siapa yang disalahkan?
Menjadi Ibu Rumah Tangga bukan pekerjaan impian bagi wanita yang memang berkeinginan untuk mencapai karir sukses, terlebih jika ia memiliki pendidikan tinggi dan sudah ditanamkan sedari kecil oleh keluarganya bahwa anaknya harus jadi dokter/guru/pimpinan perusahaan.dll.
Namun saat sudah memiliki kehidupan sendiri, menikah dengan lelaki pilihannya cita-cita atau pekerjaan yang semula ia miliki bisa berbeda alias resign/berhenti dikarenakan fokus mengurus rumah tangga karena tidak diijinkan suami bekerja dengan berbagai alasan dan satu alasan penguat adalah anak.
Setiap kita sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari tidak lebih dan kurang. Sebagai ibu rumah tangga dalam 24 jam ada yang bisa melakukan berbagai hal dengan baik.
Namun ada juga yang merasa 24 jam itu tidak cukup, banyak pekerjaan yang keteter dikarenakan anaknya rewel. Jangankan mau istirahat buat makan saja harus curi-curi waktu bahkan sering telat.
Tentunya timbul pernyataan “boro-boro mau me time / mengerjakan pekerjaan sampingan..pekerjaan utama saja sudah keteter!”
Nah..Jika hal ini berlangsung lama dan terus menerus tentu sangat kasihan pada si ibu sendiri. Karena bagaimanapun juga ibu juga butuh istirahat, dan me time. Disinilah perlunya kerja sama dengan suami agar dapat bergantian menjaga anak sehingga ibu bisa istirahat barang sejenak. Karena mengurus anak, ditambah lagi dengan mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri itu tidak mudah. Namanya aja di rumah tapi pekerjaan 24 jam akan tetap ada terus.
Menjalani hidup harus seimbang, seperti halnya menjalin hubungan dengan Tuhan (beribadah), manusia dan alam. Ada porsinya masi-masing dan harus diatur waktunya dengan baik. Agar kita dapat merasakan hidup tidak hanya sekedar numpang hidup alias tidak mensyukuri hidup kepada sang Maha pemberi hidup. Sehingga yang dilakukan hanya fokus kerja, kerja, dan kerja tanpa ibadah dan mengabaikan keluarga. Atau mengeluh, mengeluh, dan mengeluh karena banyaknya pekerjaan rumah yang tak terselesaikan dengan baik dan terlalu banyak membandingi kehidupan orang lain.
Menjadi Ibu rumah tangga adalah impian bagi wanita yang terpaksa bekerja di luar rumah, yang memang mengharuskannya mencari nafkah karena tidak tercukupinya penghasilan suami (beda halnya dengan wanita yang memang memilih dan mengejar karir). Ia merasa iri melihat ibu yang di rumah saja dan memiliki banyak waktu untuk anak, dan tinggal menerima uang dari suami tiap bulan.
Memang ada plus nya dan beruntung bagi istri yang tidak perlu lelah ikut mencukupi kebutuhan keluarga. Namun ada saatnya pula merasa jenuh dengan rutinitas, atau bisa jadi ada tanggapan miring dari orang lain “sarjana kok jadi ibu rumah tangga?!”
Dan tidak dipungkiri pula bahwa setiap orang ingin berkembang dan ingin mengaktualisasikan diri juga. Dan kita juga tidak pernah tau kedepan keuangan keluarga seperti apa. Terlebih saat pandemi ini, dan entah sampai kapan berakhirnya. Jadi sedari sekarang meski di rumah saja ada baiknya sebagai Ibu Rumah Tangga bisa lebih produktif juga.
Berikut tips dari TIKA :
“Tips Jadi Ibu Rumah Tangga Yang Produktif”
1. T : Tulis schedule harian agar tidak keteter
Tuliskan jadwal harianmu mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Hal ini penting dilakukan agar tidak keteter antara mengurus anak, melayani suami, dan bebenah rumah. Karena berada di rumah pekerjaan rumah akan selalu terlihat. Nah jika sudah dijadwalkan dengan baik maka dengan mudah pula kita bisa menambah kegiatan lainnya tanpa harus mengabaikan yang utama.
2. I: Ikuti grup yg mendukung minatmu
Meski di rumah saja terlebih di masa Pandemi ini kita tetap bisa mengikuti grup yang mendukung minat kita di sosial media. Seperti halnya grup kajian, kuliah online, olah raga online, cara berjualan online. Bertujuan untuk memotivasi dan menambah wawasan.
3. K : Ketahui & kembangkan passion/hobi
Memiliki hobi itu penting agar kita tidak mentok hanya memikirkan dapur, sumur dan kasur. Karena dengan adanya hobi/ passion yang kita miliki dapat menambah semangat dalam hidup kita sehingga mengerjakan pekerjaan rumah yang banyak tidak merasa lelah dan tidak menjadi beban.
Dari hobi tersebut karena dilakukan terus menerus bisa jadi hal yang produktif untuk menambah penghasilan dan syukur-syukur bisa jadi lebih berkembang. Seperti halnya : menulis, bercocok tanam, menjahit, memasak, berjualan online (reseller/dropship) dll.
4. A : Action dan konsisten
Sebanyak dan sebaik apapun sebuah ide jika tidak dilakukan adalah omong kosong. Maka segera temui minat dan hobimu, kembangkan, dan lakukanlah konsisten agar hasilnya dapat terlihat.
So tunggu apalagi! Hindari berpangku tangan karena pekerjaan rumah banyak yang harus diselesaikan. Dan bersegeralah untuk lebih produktif dengan kelebihan yang kamu miliki karena kita tidak pernah tau, waktu terus berlalu, tau-tau tua dan ajal menjemput.