Peringatan Buat Para Suami Jangan Pernah Bantu Pekerjaan Istri Di Rumah

πŸ—£”Para suami jangan pernah bantu pekerjaan istri di rumah”

 

πŸ‘¨πŸ§”πŸ‘¨β€πŸ¦²: Kenapa tidak boleh? Bukankah kasihan istri menyelesaikan semua pekerjaan rumah sendiri! Masak, membersihkan rumah, mencuci, membereskan segala keperluan suami dan anak, mengasuh dan menjaga anak, dan mengurus tetek bengek lainnya. Belum lagi kalau istri ikut mencari nafkah di luar. Kasihan kan?! Jadi tak ada salahnya jika para suami harus bantu pekerjaan istri di rumah.

 

✍ Nah lo pertanyaannya adalah itu istri siapa? rumah siapa yang diberesin? Anak siapa yang diasuh? Dan kebutuhan pokok yang harus dimasak hingga jadi hidangan lezat semua itu buat siapa?

 

πŸ‘¨πŸ§”πŸ‘¨β€πŸ¦²: (Jawab dalam hati aja. Biar ga ketahuan Satpol PP) β˜πŸ€πŸ™ˆ

 

✍Jadi semua pekerjaan yang ada di rumah kalian berdua itu yang dianggap suami yang jika ia ikut mengerjakannya maka ia telah membantu pekerjaan istrinya. Ikut Meringankan beban istrinya. Sekali lagi BUKAN. Kamu bukan membantu istrimu tapi memang kewajibanmu untuk bersama-sama mengerjakan pekerjaan rumah kalian. 

 

So jangan pernah katakan “Saya membantu pekerjaan istri di rumah” Tapi katakanlah “saya bekerjasama menyelesaikan pekerjaan rumah dengan istri”Β 

 

Ketahuilah kepada para suami :

Ketika menikah, terjadinya ijab dan kabul berarti ayah dari istrimu atau bapak mertuamu telah menyerahkan semua tanggung jawabnya ke kamu. Mulai dari menyayanginya, melindunginya, menafkahinya, membimbingnya, dan memberikan yang terbaik untuknya. Sama seperti yang ayahnya lakukan untuknya kamu wajib memenuhinya.

 

πŸ‘©β€πŸΌπŸ’†β€β™€οΈπŸ„β€β™€οΈTapi kenapa setelah menikah dan tanggung jawab ayahnya telah dilimpahkan kepadamu justru ia tidak menemukan lagi semua itu?? Ia layaknya seperti lilin yang hanya menyinari ruangan. Namun setelah lilin habis terbakar sinarnya pun padam.

 

Ia justru harus menanggung semua beban di dalam rumahmu 1 x 24 jam tak mengenal istirahat layaknya pembantu, dan ditambah lagi ia dijadikan tulang punggung dalam mencari nafkah. Dimana tanggung jawabmu? Dimana hatimu?

 

 

Ingatlah bahwa tujuan menikah bukanlah semata-mata hanya agar ada yang mengurusi dirimu dan keturunanmu. Sehingga setelah menikah dan punya anak kamu merasa istri tetaplah orang lain. Sedangkan anak karena memang dari darah dagingmu jadi kamu lebih menyayangi anakmu dibandingkan istrimu. Sehingga kamu tega memperlakukan istrimu layaknya pembantu.

 

Sayang hanya saat ada butuhnya, perhatian hanya sekedarnya saja. Dan jika ia sakit kamu pun khawatir hanya karena takut tidak ada yang mengurusi kamu dan anakmu. Pun saat ia menghadap Tuhan lebih dulu daripadamu maka dengan cepat kamu mencari gantinya dengan alasan yang tetap sama “agar ada yang mengurusi kamu dan anakmu.”

 

Ketahuilah bahwa saat sudah menikah segala sesuatu adalah milik bersama. Dan saat kamu dan dia sudah melebur maka sudah seharusnya hatimu dan hatinya menyatu. Jadi satu untuk semua, semua untuk kita.Β 

 

Meskipun rumah dari hasil jerih payahmu sendiri tapi istrimu tetap ada andil di sana yang selalu mensupport pekerjaanmu, mendo’akanmu, dan memenuhi segala kebutuhanmu. Jadi rumah itu bukan rumahmu, tapi rumah bersama.

 

Dan begitu juga dengan yang ada di dalam rumahmu seperti halnya kerepotan urusan rumah dan tangga yang setiap harinya tak pernah selesai, mengurus dan membimbing anak, serta masalah lainnya. Adalah kewajiban kamu dan istrimu untuk bekerjasama menyelesaikannya. Meskipun kamu kepala rumah tangga, nahkoda kapal. Yang memang derajatnya berada di atas. Tapi bukan berarti tidak ambil tanggung jawab untuk turun tangan langsung.

 

So jangan pernah katakan ” Saya membantu pekerjaan istri di rumah” tapi katakanlah ” saya bekerjasama menyelesaikan pekerjaan rumah dengan istri”

 

Nah sudah pahamkan apa yang dimaksud dari kata “Bantu” di atas?

Jadi rubah menjadi kata “bekerjasama” Memang terasa aneh karena terbiasa menggunakan kata tersebut dan merasa pekerjaan rumah tangga adalah kewajiban istri. Terlebih jika istri sebagai ibu rumah tangga.

 

Agar bisa merubah kata bantu menjadi kerja sama dan tidak merasa berat untuk melakukan pekerjaan rumah bagi para suami maka ingat selalu tips “TIKA” berikut ini :

 

 

“Tips Agar Para Suami Mau Bekerjasama Menyelesaikan Pekerjaan Rumah Dengan Istri “

 

 

1. T: Tanggung jawab bersama

Ingatlah selalu “Rumah siapa yang dibersihkan? anak siapa yang diurus? Untuk keperluan rumah tangga siapa yang belum terselesaikan itu?”

 

Kamu memilih menikah dengannya maka segala sesuatunya harus diselesaikan bersama juga dengannya. So bertanggungjawab dan kerjakan bersama. Karena seberat apapun pekerjaan akan terasa lebih ringan dan cepat terselesaikan jika bersama.

 

 

2. I : Inisiatif

jadilah pemimpin rumah tangga yang peka. Jangan sampai badanmu ada di rumah tapi telinga dan pikiranmu jalan-jalan. Sehingga tidak tau kerepotan yang sedang terjadi di rumahmu. Dan tidak mengerti bahasa diamnya istri yang tengah kesal karena kamu juga tidak tergerak untuk bekerjasama menyelesaikan pekerjaan rumah kalian.

 

Inisiatiflah saat ia tengah mencuci piring, dan kamu melihat anakmu menangis tak ada salahnya kamu mencoba untuk menghibur anakmu atau mengambil alih untuk mencuci piring sehingga istrimu bisa handle anakmu. Atau jika semua telah beres dikerjakan oleh istrimu maka berinisiatiflah untuk memijitnya jika ia terlihat kelelahan, atau menawarkan jajanan kesukaan istrimu atau mengajak ia jalan-jalan ke luar rumah. Sehingga lelah yang tengah ia rasakan bisa hilang karena kamu peduli dengannya.

 

 

3. K : Kontrol ego

Ego lelaki memang lebih besar. Ada sebagian lelaki yang beranggapan bahwa mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci baju dan piring, memasak, serta mengasuh anak adalah pekerjaan wanita. Maka sudah jadi kewajibannya jika ia jadi istri dan ibu mengerjakan semuanya sendiri. Karena tidak etis bagi laki-laki masuk dapur dan ikut mengasuh anak. Tugas suami dan ayah adalah mencari uang. “Kerja..kerja dan kerja”

 

Kontrol egomu dan rubah mindsetmu. Ingatlah bahwa sebaik-baiknya suami dan ayah adalah saat ia selalu ada dalam hal tenaga, waktu dan mencukupi materi untuk keluarganya.

 

 

4. A : Amati keadaan

Biasanya kaum bapak lebih suka mengamati perkembangan yang sedang terjadi saat ini. Entah itu masalah politik, ekonomi, dan kasus yang lagi pandemi covid 19 saat ini. Ditambah lagi yang sangat senang diamati dan diikuti perkembangannya adalah berhubungan dengan hobinya.

 

Lalu pernahkah kaum bapak sehari-harinya yang saat ini tengah WFH mengamati keadaan se isi rumah?! “Perkembangan anak, tata letak dan kerapian rumah, serta mengamati istri tercinta”

 

Jangan-jangan anak sekarang lebih kurus dari 2 bulan lalu karena susah makan dan si ibu sudah pusing 7 keliling memikirkan menu yang tepat untuk anak. Tapi ia tidak pernah berkeluh kesah denganmu karena kamu terlalu asyik dengan pekerjaan kantor dan duniamu sendiri.

 

Atau jangan-jangan piring 2 lusin sudah tinggal 1/2 lusin karena hampir 3 bulan ini istri sering memecahkan piring dengan sengaja karena kesal dengan dirimu yang kurang perhatian dan lelah dengan rutinitasnya.

 

Atau jangan-jangan istrimu sudah memiliki taring yang lebih tajam saat ini atau memiliki tanduk yang diam-diam siap menerkammu karena tidak pernah perhatiannya dirimu dengan rumah dan se isinya selama ini.

 

So sesibuk apapun kamu dengan pekerjaanmu karena memang tanggung jawab utamamu untuk mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan rumah tanggamu. Tak ada salahnya kamu menyempatkan setiap hari untuk mengamati keadaan se isi rumahmu. Istrimu, anakmu, dan rumahmu butuh sentuhan kamu juga. Jangan sampai letaknya berpindah sehingga penyesalan yang akan muncul nantinya.

 

 

One thought on “Peringatan Buat Para Suami Jangan Pernah Bantu Pekerjaan Istri Di Rumah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *