“Mencari calon suami menurut jomblo vs pacaran”
“Menikah” satu kata yang sangat diimpikan oleh para jomblo. Dan boleh dipastikan seseorang yang ingin segera menikah tentunya banyak mencari artikel tentang tips mencari pasangan, tips menarik perhatian lawan jenis, dll. Atau banyak bertanya kepada yang sudah expert. Atau bahkan diam-diam meminta kepada sang Maha pemilik hati agar segera ditemukan dengan jodohnya. Hal ini berlaku bagi para jomblo.
Beda halnya dengan yang sudah punya pacar dan menjalin hubungan sudah bertahun-tahun. Dia tidak butuh tips-tips yang ada. Bahkan kejelekan atau kekurangan calonnya pun menjadi hal yang wajar baginya. Dan menyatakan “nanti setelah menikah akan berubah sendiri” bahkan saat orang tuanya pun keberatan dengan pilihannya ia tetap teguh pendirian mempertahankan bahwa pilihannya adalah yang terbaik.
Tidak ada salahnya kita mempertahankan pilihan kita. Karena yang akan menjalani kehidupan rumah tangga adalah kita dan pasangan kita nantinya. Namun jangan sampai kelak terjadi hal yang tidak diinginkan pada pasangan kita justru menyalahkan orang lain, merepotkan orang lain. Dan ujung-ujungnya menyesal “andai saja dulu saya…”
Memang sejatinya tidak ada pasangan yang sempurna, karena diri kita sendiri pun tak sempurna. Ada orang yang dilebihkan di parasnya, perilakunya, keturunannya, dll. Namun minus di keuangannya. Dan ada juga yang nyaris sempurna, tapi pasti ada saja kurangnya entah itu diketurunannya, atau kesehatannya tidak begitu baik, dll. Karena ingat selalu bahwa Tuhan itu Maha adil. No body is perfect. Dibalik kelebihan seseorang, pasti ada kekurangannya.
“Analogi suami seperti seorang nahkoda”
Pernikahan itu ibarat sebuah kapal di laut. Pasangan kita (calon suami) adalah nahkodanya. Membawa bahtera rumah tangga kita untuk berlayar mengarungi lautan yang terkadang tenang, dan sesekali ombak menghantam, dan bahkan ada kalanya menghadapi badai berkecamuk. Disanalah perlu keahliaan dan kesiapan seorang nahkoda menghadapinya. Hingga bisa menuju ke daratan yang diinginkan.
Terbayang kan kalau seorang nahkoda tidak bisa menjalani kapal dengan baik, atau bahkan dia mampu menjalani kapalnya namun ketika ada hantaman badai ia menyerah, dan pasrah. Tentulah kapal terombang-ambing dan tenggelam. Nah seperti itulah analoginya.
Ketika kamu sendiri (wanita) tau kelebihan dan kekuranganmu dimana, maka usahakan untuk mencari calon suami bisa melengkapi kekuranganmu, dan kamu juga bisa melengkapi kekurangannya sehingga saling menyempurnakan.
Menjalani pernikahan itu tidak mudah, tapi ketika kita saling melengkapi semua terasa mudah. Maka dari itu sebelum benar-benar memutuskan untuk menikah baik bagi para jomblo sejati (sedang mencari jodoh / dijodohkan) dan bagi yang sudah punya calon. Ada baiknya perhatikan 4 kriteria dari TIKA berdasarkan pengalaman di bawah ini sebelum menyesal kemudian.
“4 Kriteria Dalam Memilih Calon Suami “
1. T : Tanggung jawab
Dalam kamus besar bahasa Indonesia tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkaran, dan sebagainya)
Ada 5 jenis tanggung jawab yaitu : tanggung jawab terhadap diri sendiri, Tuhan, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini TIKA lebih menekankan pada tanggung jawab terhadap diri sendiri dan Tuhan.
- Tanggung jawab terhadap diri sendiri :
Menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri sebagai manusia pribadi. Seseorang yang hendak dijadikan calon suami tentunya adalah lelaki yang cukup umur, dan disebut sebagai lelaki dewasa. Dewasa dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Contoh : Seorang laki-laki dewasa sudah pasti memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri. Berupa tujuan hidup dan langkah yang dipilih maka ia akan mempertanggungjawabkannya dengan tidak mudah menyerah.
Ketika ia masih meminta, menyusahkan ortu, atau tidak tau tujuan hidupnya maka ada baiknya tidak dijadikan calon suami. Dari pada nantinya berhenti di tengah jalan. Untuk dirinya sendiri tidak bertanggung jawab bagaimana mau memenuhi kebetuhan anak dan istrinya?
- Tanggung jawab terhadap Tuhan :
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sempurna yang memiliki akal dan pikiran. Memiliki tanggung jawab untuk beribadah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketika dia tahu tanggung jawab terhadap Tuhannya, dan menjalankan dengan sepenuh hati maka dipastikan dia pun akan memperlakukan pasangan dan keluarganya dengan baik.
Dan sebaliknya ketika dengan sang Maha pemilik kehidupan saja dia sudah tidak bertanggung jawab tentulah hidupnya akan berantakan. Dapat dilihat dari segi kesuksesan / ketenangan diri / memperlakukan pasangan dengan tidak baik.
2. I : Ikhtiar dan Inisiatif
Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses (brainly.co.id)
Perlu sobaTik ketahui bahwa salah satu latar belakang perceraian terjadi akibat faktor ekonomi. Suami yang tidak memiliki mata pencaharian, kebutuhan hidup yang tidak tercukupi. dll. Hingga akhirnya timbul KDRT, dan berujung cerai.
Dalam hal ini penting untuk memastikan apakah calon suami yang kita pilih benar-benar memiliki usaha yang sungguh-sungguh untuk mempertahankan keberlangsungan hidup. Alias tidak malas, tidak hanya mengandalkan orang tua.
Meskipun memiliki sikap yang ikhtiar dia juga perlu memiliki sikap inisiatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inisiatif adalah membuat langkah pertama dalam mengusahakan sesuatu. Dengan kata lain, inisiatif adalah bentuk kesadaran diri dari individu yang berpikir bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya atau memenuhi suatu hal.
Dan jika digabungkan ikhtiar dan inisiatif berarti seseorang memiliki sikap berpikir dengan sungguh-sungguh untuk mengusahakan kehidupannya agar dapat hidup dengan layak.
3. K : Konsisten, Komitmen dan Konsekuen :
- Konsisten : Tetap (tidak berubah-ubah.) Sifat yang selalu memegang teguh pada prinsip yang telah dicanangkan dalam diri seseorang.
- Komitmen : Sebuah perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu.
- Konsekuen : Sesuai dengan apa yang telah dikatakan atau diperbuat. Tindakan atau ucapan yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Dalam hal menjalani pernikahan seorang suami harus memiliki 3 sifat di atas (konsisten, komitmen, dan konsekuen)
Ibarat analogi yang sudah saya jelaskan di atas “Analogi suami seperti seorang nahkoda” Saat ia hendak membawa kapalnya berlayar kesebuah tujuan yang sudah ditentukan diawal namun ketika ia tidak memiliki 3 sikap diatas maka kapalnya tidak akan sampai ketujuan sesuai waktu yang ditentukan. Entah itu karena menunggu kesiapan penumpang, takut menghadapi tingginya gelombang, dan bisa jadi karena penguluran waktu dari si nahkoda sendiri.
4. A : Attitude
Attitude adalah sikap dan perilaku yang kita tunjukkan sehari-hari. Cara berbicara, bertindak, dan memperlakukan orang lain.
Memilih calon suami itu penting sekali bagi seorang perempuan untuk melihat attitude nya karena ketika ia memiliki attitude yang baik maka kita pun akan diperlakukan dengan baik juga. Dan percaya atau tidaknya dapat dipastikan bahwa attitude seseorang dapat mempengaruhi kesuksesannya di masa depan.
Nah demikianlah 4 Kriteria dalam memilih calon suami dari TIKA.
Setiap orang punya kriteria masing-masing. bisa jadi lebih mengutamakan TAMPANG “yang penting tidak malu-maluin dibawa kondangan.”
atau UANG “muka pas-pasan ga masalah, yang penting tajir”
atau KENYAMANAN “dia selalu ada untuk aku”
Namun tetap selalu diingat dibalik apapun alasan kamu memilih calon suamimu, maka 4 hal kriteria dari TIKA perlu jadi acuan agar tidak menyesal dikemudian hari.
“Tanggung jawab. Ikhtiar dan inisiatif. Konsisten, komitmen, konsekuen. serta Attitude”
This web page can be a walk-via for all the information you wished about this and didn抰 know who to ask. Glimpse right here, and also you抣l definitely uncover it.